Setan Banteng
Dapat dibaca di https://lakonhidup.com/2018/12/22/setan-banteng/
Sinopsis:
Cerpen tersebut menceritakan tentang serombangan anak laki-laki pada jam istirahat. Rupanya anak-anak SD itu akan melakukan permainan setan banteng. Permainan tersebut dilakukan dengan kapur putih, salah seorang dari anak-anak itu cukup menggambar di lantai, atau kalau tidak ada kapur bisa menggunakan patahan ranting, menggurat di tanah. Anak yang mau menjadi banteng itu pun maju mendekati gambar, menekuk lutut, mengarahkan kepala ke arah gambar seperti mau bersujud. Namun anak itu tidak bersujud, ketika wajahnya mendekati gambar jari-jari tangannya membentuk lingkaran di depan kedua mata, seperti orang yang berpura-pura memegang teropong. Masih seperti mau bersujud, tubuhnya menekuk dengan jari-jari tangan melingkar di depan mata sampai tepat berhadapan dengan gambar makhluk bertanduk yang dimaksudkan sebagai banteng itu. Melalui jari-jari tangannya yang melingkar di depan mata itu, terhubunglah matanya dengan mata banteng.
Tanggapan:
Dalam membaca cerpen tersebut mengingatkan saya pada pertunjukkan Bantengan yang terdapat di Jawa Timur. Namun, dalam bantengan di Jawa Timur bukan sesuatu yang untuk dimainkan karena bantengan tersebut erat kaitannya dengan mistis. Jika dalam cerpen setan banteng adalah sebuah permainan, pertunjukan bantengan merupakan kesenian yang lahir dari perguruan pencak silat. Kesenian bantengan diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Singosari. Hal ini dibuktikan dari adanya relief di Candi Jago, Tumpang, Malang, Jawa Timur yang menggambarkan harimau (macan) melawan banteng. Sedangkan di sisi lainnya, juga terdapat gambar tarian menggunakan topeng banteng.
Setan banteng dan bantengan mempunyai kesamaan, yakni sama-sama mengalami kesurupan. Namun, dalam cara bermainnya banyak perbedaan. Permainan setan banteng tidak menggunakan atribut apapun dan hanya dimainkan oleh satu orang sedangkan kesenian bantengan dimainkan oleh dua orang dalam satu grup yang membentuk satu badan banteng. Dimana satu orang menjadi kaki depan dan memegang kepala, sedangkan lainnya menjadi kaki belakang sebagai badan banteng. Keduanya bergerak kompak seperti satu tubuh, jiwa, dan roh.